Rabu, 30 Oktober 2019

RENCANA PENGEMBANGAN MASJID SMPN 1 CUGENANG

Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai makna dan tujuan. Sebagai contoh: sarana pendidikan diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, misalkan buku, tas, pulpen, komputer dan lain-lain. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Sebagai contoh, prasarana pendidikan berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan misalnya, lokasi, bangunan sekolah, lapangan olahraga, kantin dan lain-lain.

Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap sangat menunjang proses pendidikan di sekolah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.

Prasarana pendidikan diklasifikasikan menjadi dua macam, pertama: prasarana pendidikan secara langsung digunakan untuk proses pembelajaran seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek ketrampilan, dan ruang laboratorium. Kedua; prasarana sekolah yang keberadaannya tidak langsung digunakan untuk proses pembelajaran, tetapi sangat menunjang terjadinya proses pembelajaran. Misalnya; Tempat Ibadah ( Masjid),ruang kantor, kantin sekolah, kamar kecil, jalan menuju sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah dan tempat parkir kendaraan.

Prasarana Khususnya Tempat Ibadah adalah Prasarana yang sangat urgen dalam managemen Pengelolaan sapra karena dalam sebuah sekolah keberadaan Tempat Ibadah yang memadai dan representatif adalah sebuah program pemenuhan Mutu  dalam Standar Sapra.

Prasarana Tempat Ibadah ( Masjid) di SMP Negeri 1 Cugenang pada saat ini belum memadai maka dari itu Kami DKM Masjid SMPN 1 Cugenang mempunyai rencana untuk Pengembangan Prasarana Masjid. SEluruh orang tua mendukung dengan Pengembangan Masjid ini demikian juga kami Warga SMPN 1 Cugenang sehingga kami Seluruh warga untuk berlomba dalam kebaikan dalam berinfak...

Harapan yang paling utama adalah Pahala dari Alloh....Terima kasih kepada Konsultan Perencana sahabat terbaik, Dudang Darmawan Alumni Cugensa yang telah membuat Desain Pengembangan Masjid SMPN 1 Cugenang dan Semua warga SMP Negeri 1 Cugenang yang sudah mendonasikan hartanya Semoga Alloh balas dengan pahala yang berlipat sebagai bekal pulang ke Alloh... Aamiin...Yaa Robbal'alaamiin.....


Desain Masjid SMPN 1 Cugenang













Sabtu, 26 Oktober 2019

Diklat Penguatan Kepala Sekolah

Dalam Permendikbud No 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah disebutkan bahwa Kepal Sekolah yang sedang menjabat Kepala Sekolah belum memiliki Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan Penguatan kepala Sekolah

Pada Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Tentang Syandar kepala Sekolah menyebutkan bahwa Kepala Sekolah merupakan pimpinan tertinggi di Sekolah wajib memiliki 5 Kompetensi yaitu: Kepribadian, Managerial, Kewirausahaan, Supervisi, dan Sosial.  Kualitas Mutu Sekolah sangat berkaitan dengan kualitas kepemimpinan Kepala Sekolah. Hampir tidak ada Sekolah bermutu tanpa kepala sekolah yang bermutu

Diklat Pengutan Kepala Sekolah sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan kualitas mutu sekolah, memperkuat kompetensi kepala sekolah pada managerial, kewirausahaan, supervisi, Kepemimpinan Perubahan, pengembangan Sekolah Berdasarkan 8 SNP.
Selain itu hal yang paling penting adalah untuk menguatkan Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap.

Materi Diklat sebagai berikut:
1. Teknik Analisis Managemen                      7. Pengelolaan Sapra
2. Pengembangan RKS                                   8. Pengembangan Kewirausahaan
3. Pengelolaan Kurikulum                              9. Supervisi dan PKG
4. Pengelolaan Keuangan                              10. Supervis dan PK Tendik
5. Pengelolaan PTK                                       11. Kepemimpinan Perubahan
6. Pengelolaan Peserta Didik                         12. Pengembangan Sekolah Berdasarkan 8 SNP

Keberhasilan Kepala Sekolah ;
1. Visioner
2. Menciptakan Iklim dan Budaya Sekolah yang kondusif
3. Memfasilitasi dalam pengembangan kurikulum, Strategi pembelajaran
4. Peranan penting dalam pemimpin pembelajaran yang berkualitas
5. Menitik beratkan pada pembangunan Tim sekolah
6. Membangun Hubungan Kemitraan dalam Pengembangan sekolah
7. Kepemimpinan yang pantang menyerah menghadapi maslah dan menacari solusi.
8. Memberdayakan sumber daya sekolah secar efektif dan efisien

Diklat Penguatan Kepala Sekolah Gelombang VI oleh LPD Universitas Pakuan berjalan dengan lancar,  Para Kepala Sekolah mempunyai segudang Ilmu, untuk diimplementasikan dan diaplikasikan dalam dunia kerja di tempang masing-masing. Pendidikan di Kabupaten lebih bermutu, berkualitas dengan Leader Kepala Sekolah yang mempunyai visi Managemen Perubahan pada Pembelajarn Abad 21 dan Revolusi Industri 4.0.

Ketika kita berhenti berubah saat itu pula hidup kita berhenti

Kalau kita menginginkan Perubahan dalam hidup kita, maka ubahlah perilaku dan pola pikir kita.

Semangaaattt untuk menjadi agen Perubahan.


KEGIATAN DIKLAT PENGUTAN KEPALA SEKOLAH ANGKATAN VII HOTEL BUKIT INDAH
















Rabu, 16 Oktober 2019

Metode Observasi pada Mata Pelajaran IPA

Pengamatan KBM dalam penggunaan Metode, Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar tidak membosankan maka Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif.

Metode Observasi adalah pengatamat langsung menggunakan alat indra atau alat bantu penginderaan suatu obyek.
Observasi merupakan metode yang dilakukan dengan indra dan instrumen sebagai alat bantu ini dilakukan pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Cugenang oleh Ibu Hetie Darmiatie S.Pd. Pembelajarn IPA ini dengan metode onservasi pada obyek disekitar sekolah.

Penggunaan Metode observasi ini dapat :
1. Melatih siswa agar peka terhadap peristiwa
2. Melatih siswa dalam mengambil keputusan yang tepat
3. Memperluas pengalaman siswa

Kelebihan Metode observasi :
1. Mudah pelaksanaannya
2. Siswa tertantang
3. Melatih siswa ktritis
4. Pemenuhan rasa ingin tahu

Langkah-langkah metode observasi :
1. Pengamatan
2. Pengumpulan data/ Inventarisasi
3. Analisis, Interprestasi, Evaluasi
4. Penarikan kesimpulan.

Pembelajaran IPA pada materi ciri-ciri tumbuhan Dikotil dan Monokotil dengan metode ini siswa langsung mengamati langsung baik dari daun, batang, akar.

Ciri-ciri Tumbuhan Dikotil
1. Tulang daun menjari/menyirip
2. Bunga ( mahkota, benang sari, memiliki kelipatan 4 atau 5
3. Akar Tunggang
4. Pembuluh kayu ada kambiumnya

Ciri-ciri Tumbuhan Monokotil
1. Tulang daun sejajar/melengkung
2. Bunga ( Jumlah mahkota kelipatan 3)
3. Akar serabut
4. Pertumbuhan kambium tidak ada


Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Observasi.
 Melihat kegiatan Observasi pada tanaman di sekitar sekolah
Pengumpulan data/ Inventarisasi serta analisis


Sabtu, 12 Oktober 2019

Kegiatan Sapa Pagi (5S) SMP Negeri 1 Cugenang

Sekolah merupakan wadah dalam pembentukan karakter peserta didik oleh Guru, dan semua warga sekolah kepada Peserta Didik. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dan warga sekolah lainya yang dapat dilakukan dalam membentuk karakter peserta didik, salah satunya yang paling sederhana adalah menerapkan Pembiasaan 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
Pendidikan karakter perlu dibentuk dan dibina sejak dini serta berkelanjutan.

Pembiasaan 5S adalah untuk membiasakan diri agar selalu senyum, salam, sapa, sopan santum saat berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekolah atau di mana saja berada.

SMP Negeri 1 Cugenang menerapkan pembiasaan 5S ini diawali dengan Sapa pagi setiap hari sekolah dari jam 06.15 oleh guru dan Pengurus OSIS. Harapan dengan kegiatan Pembiasaan 5S ini menjadi karakter yang baik dalam diri siswa dan kami semua warga SMP Negeri 1 Cugenang sehingga akan terbentuk Budaya Mutu.

Kegiatan Sapa Pagi Cugensa






Rabu, 09 Oktober 2019

Best Practice TPMPS SMPN 1 Cugenang Tahun 2019


PENINGKATAN KEPEDULIAN SISWA DALAM MEMELIHARA KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH MELALUI GERAKAN TSP DAN BEBAS KOMIBA

A.  Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bertugas menciptakan budaya mutu untuk mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah dicanangkan pemerintah.Dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional yang dituangkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai pusat pengembangan mutu sekolah setiap satuan pendidikan bertanggung jawab atas ketercapaian mutu yang diharapkan.
Sekolah merupakan instansi pendidikan yang di dalamnya terdapat siswa, guru dan tenaga administrasi sekolah.Lingkungan kerja yang aman dan nyaman dibutuhkan agar produktifitas kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, dan siswa mampu meningkatkan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.  Untuk itu diperlukan manajemen lingkungan sekolah yang memadai.Lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan berbagai sifat, sikap, perasaan, pemikiran, dan unsur psikologis lainnya (Suwarni dkk, 2011).
Kebersihan sekolah merupakan salah satu mutu sekolah yang sangat menentukan keberhasilan sekolah tersebut karena lingkungan sekolah merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan sekolah adalah sesuatu yang ada di sekitar sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan individu yang berlaku yaitu lingkungan social (peran guru danperan teman) dan lingkungan non-sosial (fasilitas belajar, suasana tempat belajar, disiplin sekolah, kondisi fisik sekolah dan kondisi fisik non-sekolah(Muhibin, 2013).
Pada kenyataannya banyak sekolah yang masih kotor dan terkesan kurang nyaman untuk belajar mengajar. Hal ini terjadi juga di SMPN 1 Cugenang, keadaan lingkungan  tidak nyaman karena banyak sekali sampah yang berserakan, WC kotor kurang terawat, taman yang tidak disiram. Hal ini terjadi karena kurang perdulinya warga sekolah terutama siswa.Kebersihan sering sekali dianggap ringan oleh para siswa.Banyak slogan yang mengajak untuk menjaga kebersihan, tetapi kenyataannya siswa masih membuang sampah sembarangan, padahal di tempat tersebut telah disediakan tempat sampah juga sering diingatkan setiap hari oleh para guru. Disamping itusebagian siswa tidak peduli akan keindahan lingkungan sekolah, sehingga banyak pot-pot bunga yang tidak disiram bahkan sebagian bunganya mati dan pot bunganya miring karena tertendang.
Kesadaran terhadap kebersihan lingkungan pada setiap siswa di sekolah harus diiringi dengan pengembangan kualitas karakter yang baik yang memungkinkan setiap siswa mampu beradaptasi pada lingkungan dinamis sehingga mereka mampu menjadi insan yang berakhlak mulia.Karakter tersebut meliputi sikap peduli, tanggung jawab dan gotong royong.
            Berdasarkan kondisi di atas, maka kami beranggapan bahwa karakter siswa harus diperbaiki, terutama dalam menumbuhkan sikap peduli siswa terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah.Selanjutnya kami melaksanakan siklus SPMI untuk menumbuhkan sikap peduli siswa.Langkah pertama kami memetakan raport mutu yang berkaitan dengan sikap peduli siswa.Indikator yang kami petakan adalah dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu no 1.1 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap dan sub indikator 1.1.6Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli.Kegiatan yang kami tetapkan adalah Gerakan TSP (Tahan buang sampah sembarangan, Simpan sampah pada tempatnya, Pungut sampah adalah sedekah) dan BEBAS KOMIBA (Berantakan rapikan, Basah keringkan, Kotor bersihkan, Miring luruskan, Bahaya Amankan).Dengan gerakan itu diharapkan siswa mampu berperan dan berpartisifasi aktif melibatkan diri dalam pengelolaan kebersihan lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.
Bedasarkan pada latar belakang tersebut maka SMP Negeri 1 Cugenang mengadakan gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA sebagai solusi yang dianggap berhasil menjawab permasalahan di atas. Dengan demikian Best Practice ini berjudul:“Peningkatan Kepedulian  Siswa dalam Memelihara Kebersihan Lingkungan SMP Negeri 1 Cugenang melalui Gerakan TSP Dan BEBAS KOMIBA.”

B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada karya tulis ini adalah
1.     Rendahnya persepsi siswa tentang lingkungan sekolah dalam rangka menumbuhkan pemahaman terhadap kebersihan lingkungan di sekitar sekolah.
2.     Rendahnya kesadaran siswa untuk menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
3.     Rendahnya kepedulian siswa dalam kebersihan lingkungan untuk menerapkan pendidikan lingkungan, dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya.

C.    Batasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan di atas maka perlu adanya pembatasan masalah, sesuai dengan raport mutu yang dipetakan maka karya tulis ini hanya akan membahas sikap peduli siswa yang masih rendah untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah “Apakah melalui gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA dapat meningkatkan kepedulian siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan di SMP Negeri  1 Cugenang?”

E.    Tujuan
Tujuan pembuatan best practice ini adalah untuk meningkatkan kepedulian siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah.

F.    Strategi Pemecahan Masalah
Merujuk pada masalah yang sudah diungkapkan pada bahasan sebelumnya untuk memperbaiki nilai raport mutu SMPN 1 Cugenang pada Standar Kompetensi Lulusan khususnya pada indikator 1.1 Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap dan sub indikator 1.1.6Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli, strategi pemecahan masalahnya adalah mengimplementasikan SPMI untuk menumbuhkan kesadaran siswa terhadap kebersihan dengan mengembangkan sikap peduli khususnya terhadap lingkungan sekolah.
Strategi pemecahan masalah yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan sekolah harus dengan suatu gerakan dan bukan hanya berupa slogan-slogan yang ditempel. Gerakan tersebut dikemas dalam kegiatan kreatif.Gerakan ini melibatkan semua warga sekolah baik kepala sekolah, guru, TU dan terutama siswa, karena masalah lingkungan merupakanmasalah bersama.Adapun gerakan yang sekolah kami lakukan dinamakan TSP dan BEBAS KOMIBA.Pada gerakan ini sasaran yang paling utama untuk memelihara kebersihan adalah siswa. Gerakan tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.     Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan memetakan raport mutu dan membuat rencana pemenuhan mutu, sesuai siklus SPMI
2.     Guru bertindak  sebagai koordinator  tiap tempat/ruangan yang terdapat di lingkungan sekolah seperti  ruang guru, WC dan taman. Koordinator ini bertanggung jawab terhadap kebersihan setiap tempat tersebut.
3.     Siswa dipilih untuk menjadi Duta Lingkungan. Ada tiga duta lingkungan yaitu duta kebersihan, duta kesehatan dan duta penghijauan, setiap duta dipegang oleh satu orang siswa. Duta-duta ini bertugas mengawasi kebersihan setiap tempat yang sudah menjadi bagian tugasnya dan melaporkan keadaan tempat tersebut  kepada koordinator yang bersangkutan setiap harinya.
4.     Duta-duta tersebut mebawahi beberapa satgas. Duta Kebersihan membawahi satgas toilet, satgas kantin dan satgas sampah. Duta Kesehatan membawahi satgas rokok dan jumantik(juru pembasmi jentik nyamuk). Duta Penghijauan membawahi satgas taman dan satgas lingkungan kelas.
5.     Satgas toilet dipilih delapan orang, satgas kantin dua orang, satgas sampah 6 orang, satgas rokok 4 orang, satgas jumantik 3 orang, satgas taman tiga orang, satgas penghijauan kelas 3 orang.
6.     Satgas mempunyai tugas menggerakan seluruh siswa untuk memelihara kebersihan dan jika ada yang melanggar,  satgas tersebut memberitahukannya  kepada duta dan koordianator.
7.     Duta kebersihan bersama satgas toilet dan satgas sampah melaksanakan tugasnya terutama sebelum masuk sekolah, mereka berkeliling lingkungan sekolah, memeriksa WC dan kelengkapannya, dan pada saat istirahat mereka menggerakkan siswa yang lain untuk melaksanakan gerakan TSP (Tahan Buang sampah sembarangan, Simpan sampah pada tempatnya, pungut sampah adalah sedekah).
8.     Duta Kesehatan bersama satgas rokok dan jumantik,melaksanakan gerakan BEBAS KOMIBA, memeriksa selokan atau selasar kelas, memeriksa genangan air dan mengajak siswa yang lainnya untuk mengeringkannya, merapikannya.
9.     Duta lingkungan beserta satgas taman dan satgas lingkungan kelas, bertugas menggerakkan siswa untuk memelihara taman sekolah, Tanaman Obat Keluarga dan lingkungan di sekitar kelas, dalam melaksanakan TSP dan BEBAS KOMIBA.

G.   Hasil yang Dicapai
Setelah dilaksanakan strategi pemecahan masalah melalui gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA, dengan harapan terjadinya perubahan pada lingkungan sekolah SMPN 1 Cugenang untuk menjadi lingkungan yang bersih dengan warga sekolah yang sadar untuk memeliharanya.Hal ini terbukti bahwa dengan mengimplementasikan SPMI melalui gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA dapat meningkatkan karakter siswa yang sebelumnya tidak peduli dengan lingkungan, menjadi peduli lingkungan. Dampak yang lebih nyata terlihat dari gerakan tersebut yaitu: 1) selama sebulan lingkungan di SMPN 1 Cugenang menjadi rapi dan berkurangnya sampah yang berserakan,2) kelas bersih, tertib dan teratur, 3) WC menjadi bersih dan terawat, 3) taman sekolah menjadi lebih bersih, terawat dan indah, 4) Tanaman Obat Keluarga yang semula  banyak rumput liar karena  jarang disiangi dan disiram menjadi subur kembali. Dengan kondisi lingkungan sekolah kami yang seperti itu, maka SMPN 1Cugenang terpilih menjadi juara I Sekolah Sehat  tingkat kabupaten dan Juara ke 5 tingkat wilayah.
Melalui gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA yang dilaksanakan oleh semua warga sekolah maka selain Lingkungan menjadi bersih, tertib dan teratur, pada Raport Mutu SMP Negeri 1 Cugenang mengalami peningkatan capaian dari tahun sebelumnya. Peningkatan capaian Standar Kompetensi Lulusan pada Indikator 1.1.Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap dengan nilai capaian tahun 2017 adalah 6,9 menjadi 6,96 , Sub Indikator 1.1.6 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli memperoleh nilai capaian 6,85 pada tahun 2017, hal mengalami penurunan karena pada tahun 2016 nilainya mencapai 7 dan setelah dilakukan gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA naik menjadi 6,95 di tahun 2018.
H.   Kunci Sukses dan Berkelanjutan
Dalam setiap usaha tentunya memiliki kunci sukses keberhasilan di belakang usaha yang dilakukan, kunci sukaes tersebut yaitu manakala ketika menghadapi permasalahan dari setiap tahapan strategi usaha yang dilakukan mampu diatasi, beberapa kendala dalam meneapkan strategi tersebut kami rangkum sebagai berikut :
1.     Kegiatan gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA menjadi bagian dari siklus SPMI pada tahapan perencanaan pemenuhan mutu dan selanjutnya dilaksanakan tahapan pelaksanaan pemenuhan mutu. Dalam tahapan perencanaan pemenuhan mutu tersebut, pihak sekolah harus merumuskan kegiatan tersebut yang disesuaikan dengan RKAS pada tahun berjalan. Namun kenyataannya RKAS yang telah tersusun belum mampu mendanai pelaksanaan kegiatan tersebut secara maksimal. Dengan demikian, perumusan kegiatan tersebut memerlukan revisi seperlunya supaya bisa dimasukkan pada anggaran RKAS, sehingga semua biaya pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dipenuhi dari anggaran BOS.
2.     Siswa yang menjadi duta dan satgas dalam melaksanakan tugas untuk menggerakkan seluruh siswa terlibat dan peduli dalam kegiatan kebersihan lingkungan tentu saja banyak kendala diantaranya siswa yang diajak untuk melaksanakan gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA ada yang tidak mau mengerjakannya bahkan melawan duta dan satgas. Hal ini kami atasi dengan cara pemanggilan siswa oleh koordinator tempat yang bersangkutan untuk diberikan pengarahan tentang pentingnya sikap peduli terhadap lingkungan. Disamping itu juga selalu diberi pengarahan pada semua siswa di beberapa kesempatan seperti di saat upacara bendera.
3.     Kerja duta dan satgas terbatas waktunya, hanya saat sebelum masuk sekolah dan waktu istirahat saja, sehingga tidak setiap waktu lingkungan sekolah dapat terpantau. Solusi dari masalah tersebut, kami selaku warga sekolah baik itu Kepala Sekolah, Guru dan TU secara bersama-sama memperhatikan kebersihan lingkungan dengan menerapkan TSP dan BEBAS KOMIBA. Dengan kerjasama seluruh warga sekolah akhirnya lingkungan sekolah menjdi bersih dan indah.
4.     Kesadaran untuk melaksankan Gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA tidaklah mudah tanpa dibarengi sikap peduli dari seluruh warga sekolahkhususnya siswa, oleh sebab itu sebelum pelaksanaan kegiatan Gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA kami membuat komitmen bersama yang disepakati dan ditandatangani oleh seluruh warga sekolah.

I.      Dampak bagi Sekolah
Adapun dampak bagi sekolah dari kegiatan tersebut diantaranya :
1.     Siswa jadi terbiasa hidup bersih dan rapi, sehingga lingkungan sekolah menjadi bersih dan indah
2.     Siswa terbiasa membuang sampah pada tempatnya
3.     Kerjasama dan gotong royong yang selama ini dilakukan meningkatkan persaudaraan diantara warga sekolah
4.     SMPN 1 Cugenang menjadi rujukan kebersihan dan kesehatan lingkungan bagi sekolah lain disekitarnya, setelah menjadi juara sekolah sehat.



J.     Simpulan
Bedasarkan pemaparan di atas mengenai peningkatan kesadaran  siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan SMP Negeri 1 Cugenang melalui gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA, secara umum dapat dipaparkan simpulan, setelah dilaksankan gerakan ini siswa jadi terbiasa untuk perduli pada lingkungan sekolah, meskipun pada awalnya masih selalu diawasi, karena gerakan ini dilaksankan konsisten sehingga menjadi pembiasaan bagi seluruh siswa bahkan seluruh warga SMPN 1 Cugenang. Hal itu pula yang membawa SMPN 1 Cugenang menjadi juara 1 Sekolah Sehat tingkat kabupaten Cianjur. Strategi kegiatan Gerakan TSP dan BEBAS KOMIBA sangat sesuai dilaksanakan di SMPN 1 Cugenang, bahkan mungkin juga di sekolah-sekolah yang lain.
Kegiatan SPMI dapat menciptakan budaya mutu warga sekolah ditandai dengan adanya komitmen, motivasi, kerjasama dan kepedulian terhadap lingkungan sekolah. Kegiatan pemenuhan mutu dengan berbagai kegiatan dapat meningkatkan kualitas sekolah, dan menjadi solusi pada setiap permasalahan di sekolah,  misalanya masalah kebersihan lingkungan sekolah.
K.   Rujukan

Kemendikbud.(2016). Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan. Jakarta.

Permendikbud No. 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan

Mendikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.(2017). Indikator Mutu. Jakarta.

Raport Mutu Tahun 2016, 2017 dan 2018

Minggu, 06 Oktober 2019

Analisis Instrumen PMP Tahun 2019 di SMP Negeri 1 Cugenang

Upaya peningkatan mutu pendidikan dapat diwujudkan dengan upaya perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu, upaya membangun budaya mutu pada Satuan pendidikan. 
Budaya mutu merupakan  kebutuhan semua warga satuan pendidikan yang tidak bisa ditawar. Satuan Pendidikan harus bisa mengimplementasikan SPMI secara mandiri dan berkelanjutan agar terwujud Budaya Mutu.

Mutu Pendidikan pada Satuan Pendidikan tidak bisa berjalan baik dengan kualitas/Mutu Lulusan  tanpa ada komitmen yang kuat dari Kepala Sekolah dan semua warga sekolah. Siklus SPMI dijalankan dan diimplementasikan secara mandiri dan berkelanjutan oleh semua warga.

SMP Negeri 1 Cugenang pada tahun 2019 ini adalah tahun ke-3 dalam menjalankan SPMI dengan binaan LPMP Jawa Barat. Pada setiap tahun Capaian raport Mutu pada tahun sebelumnya menjadikan acuan yang dijadikan kekuatan, kelemahan dalam mencari Rekomendasi suatu permasalahan. 

Berawal analisis raport Mutu oleh TPMPS yang menghasilkan sebuah Program, Kegiatan untuk memenuhi Mutu dari Indikator setiap Standar Nasioanal Pendidikan. SMP Negeri 1 Cugenang memetakan 75% dari Indikator pada tahun ini dan dilaksanakan kegiatan pemenuhan Mutu dari 75% Indikator yang dipetakan.

Harapan pada tahun 2020 SMP Negeri 1 Cugenang bisa mandiri dan semua Standar mencapai SNP serta terwujudnya Budaya Mutu pada semua Bidang.

Kegiatan TPMPS dalam Analisis Instrumen PMP untuk Raport Mutu Tahun 2019















GLS SMP NEGERI 1 CUGENANG

         GLS adalah upaya yang menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah. Melalui GLS ini tujuan sekolah adalah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebgaiaman yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2013.
         Kegiatan dalam gerakan di SMP Negeri 1 Cugenang yang dijalankan adalah 
  1. " Kegiatan 15 Menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimualai' untuk             semua warga sekolah yaitu siswa, guru, kepala sekolah, staf TU.
  2. " Kegiatan Literasi 30 Menit secara terjadwal di Perpustakaan dan Gazebo Literasi setelah           Kegiatan Belajar  selesai"
  3. " Kegiatan Readothon setiap 1 minggu satu kali"
  4. " Pemberian Reaword kepada siswa dan guru yang literasinya terbanyak serta motivator               Literatnya bagus"  

         







Entri yang Diunggulkan

Praktik Baik tentang Pemanfaatan PMM untuk Guru dan Kepala Sekolah

Berbagi pengalaman pada Komunitas Interen sudah dilakukan setiap hari Selasa. Jika di Komunitas SMPN 3 Cipanas bernama Sebar Karya ( Selasa ...